Senin, 25 April 2016

MENAKAR SUDUT PANDANG ORANG PAPUA TERHADAP POSISI JABATAN PUNCAK PT FREEPORT INDONESIA.

Menakar sudut pandang orang Papua terhadap posisi jabatan puncak PT
Freeport Indonesia.
Beberapa tahun terakhir ini, hiruk pikuk tentang keberlangsungan oprasi PT Freeport Indonesia
begitu menarik perhatian kita semua. Publik nasional seakan disibukan untuk berpikir dan
bersuara tentang Freeport. Ada pemikiran dan suara yang dapat dipertanggungjawabkan, dan
ada pula yang hanya sesumbar. Saat ini, walau hiruk pikuk tentang hal-hal yang telah disebutkan
diatas kian jarang tampak, itu sama sekali tidak berarti bahwa isu tentang Freeport tidak lagi
menarik perhatian. Sebut saja ditengah kekosongan jabatan Presiden direktur PT Freeport,
aspirasi masyarakat Papua agar perusahaan tembang emas raksasa asal USA ini dipimpin oleh
putra asli Papua kembali menyeruak. Kian hari kian kencang. Ini adalah fenomena yang perlu
dicermati. Sebagai seorang anak Papua yang peduli terhadap dinamika ini,saya menyajikan
beberapa hal yang kurang lebih menjadi latar belakang dinamika ini dilihat dari sudut warga
Papua.
Eksistensi PT Freeport di Papua (suatu kisah orang Papua antara tahun 1936 – 1971)
1. Tahun 1936 Jean –Jacques Dozy,Anthon H colijin dan pilot Frits J. Wissel dalam upaya
mencapai gunung Gletser Jayawijaya meneukan ’Etsberg’ yang berarti Gunung Bijih.
Sebuah batuan kokoh dengan kandungan tembaga menonjol 180m diatas permukaan
tanah,ketinggian 3600m dpl,terbesar didunia
2. Pada Tahun 1957 Calon perwira dan dan tentara angkatan laut mulai bertugas
3. Hingga tahun 1959, sudah ada orang Papua yang menjadi suster,ahli bedah
4. Tahun 1960 Forbes Wilson menemukan laporan Dozy dan meluncurkan expedisi
Freeport untuk mencari Etsberg
5. Dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan Papua,pada tahun 1956 telah dibuka sebuah
akademi Kelautan.
6. Dokter gigi,juru gambar,asitek,tukang reparai radio,teknisi listrik,polisi,ahli kehutanan
dan staf meterologi hingga memilki toko di Jayapura.
7. 1 Desember 1961 Pengibaran bendera “bintang Timur” untuk pertama kalinya.
8. 19 Desember 1961Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno mengeluarkan maklumat
TRIKORA yang berisi:
i. Bubarkan Negara boneka Papua Barat buatan Belanda
ii. Kibarkan sang saka merah putih diseluruh Irian Barat. Mobilisasi umum merbut Irian Barat.
9. 15 Agustus 1962,USA mensposnsori Perjanjian New York untuk menyelesaikan sengketa
antara Belanda dan Indonesia atas status politik Papua barat tanpa melibatkan orang
Papua Barat.
10. 30 September 1962 Penandatanganan perjanjian Roma yang berisi,antara lain:
i. Pelaksanaan PEPERA 1969 dilakukan dengan sistim “Musyawarah untuk
mufakat” sesuai dengan sistim dewan musyawarah orang Indonesia.
ii. Laporan akhir tentang pelaksanan plebisit tahun 1969 kepada sidang
umum PBB agar dilaksanakan tanpa sanggahan terbuka.
iii. Indonesia Menduduki Papua barat selama 25 Tahun terhitung 1 Mei 1963
iv. Pihak USA bertanggung jawab menamkan modalnya pada sejumlah
BUMN dibidang exploitasi SDA Papua Barat.
v. USA menunjang pembangunan Papua Barat selama 25 Tahun melalui
jaminan kepada Bank Pmebangunan Asia Sebesar 30 Juta US dolar.
vi. USA menjamin program Transmigrasi ke Papua barat melalui Bank Dunia
11. 1 Mei 1963 Papua Barat diserahkan kepada Indonesia untuk diduduki selama 25 Tahun.
12. Tahun 1961-23 Maret 1966 dilaksanakan oprasi sadar.
13. Tanggal 23 Maret 1966 – 25 Juni 1968 dilakukan Oprasi ”Baratha Yudha”
14. 17April 1967 Penandatanganan Kontrak Karya untuk masa 30 Tahun,yang menjadikan PT
Freeport sebagai kontraktor ekslusif tambang Etsberg diatas wilayah 10 Km persegi.
15. Tahun 1969 PEPERA dilaksakan di Papua dengan sistem ”musyawarah untuk mufakat”
dan dibawah tekanan aparat bersenjata,bukan ”one man one vote” sebagaimana amanat
perjanjian new york.
16. Tahun 1970 Pembangunan Proyek berskala penuh PT Freeport dimulai.
17. Tahun 1971 PEMILU dilaksanakan. Berbeda dengan PEPERA yang hanya diwakili oleh
1,025 orang saja ( sebagian diantarannya adalah PNS dari luar Papua),PEMILU tahun
1971 di ikuti oleh seluruh warga asli Papua.
18. Tahun 1972 Export pertama Konsentrat tembaga PT Freeport dilakukan.
Sekelumit kronologis kisah perjalanan orang Papua dibawah kekuasaan NKRI diatas dengan
tulus dan jujur menggambarkan kondisi ril orang Papua saat si ”raksasa” McMoran memulai operasinya di Papua. Keterlibatan orang Papua sebagai tenaga kerja / buruh pada PT Freeport Indonesia
(Kisah di tahun 1971 - 2007).
Empatpuluh empat tahun setelah eksport pertama PT Freeport Indonesia, jumlah orang Papua
yang ’mendapat kesempatan’ untuk mengais rejeki pada oprasional PT Freeport baru mencapai
26% dari total keseluruhan tenaga kerja yang berjumlah tigapuluh dua ribu lebih orang. Jumlah
tenaga kerja asal Papua tersebut baru mendapat peningkatan yang signifikan sejak tahun 2007.
Pada tahun itu, sebuah oragnisasi anak-anak Papua, TONGOI PAPUA,melakukan demonstrasi
masal serta melakukan protest terhadap kebijakan preusahaan raksasa tersebut yang hanya
mempekerjakan sekitar seribu limaratus-an tenaga kerja asli Papua sejak hari pertama oprasinya.
Isu utama yang menjadi tuntutan adalah: peningkatan jumlah tenagaka kerja asli Papua,
pembentukan suatu departemen yang menangani isu-isu Papuan serta kenaikan gaji seluruh
karyawan. Dibawah pimpinan Frans Pigome SE. demontrasi tersebut hanya berlangsung selama
tiga hari; tanpa kekerasan dan kebencian,tanpa korban nyawa dan Industrial,namun hasilnya
maksimal. PT Freeport berkomitmen menambah kesempatan bagi tenaga kerja asli Papua untuk
ikut mengais rejeki pada oprasionalnya. Alhasil, jumlah tersebut meningkat sebagaimana
persentasi diatas. Departeman yang menangani isu-isu Papua terbentuk, dan gaji karyawan
maningkat 98%.
Memang ada penambahan jumlah karyawan asli Papua, namun hampir semua jabatan penting
dan strategis nyaris tidak diduduki oleh orang Papua.
Suatu kemajuan memang terlihat. Namun, hal ini tidak tanpa tantangan. Keinginan akan adanya
kesempatan yang luas bagi tenaga kerja asli Papua dalam hal rekruting dan penempatan jabatan
lainya tetap menjadi objek ”perang” antara tongoi Papua dan sekelompok oknum manajemen PT
Freeport Indonesia non- Papua yang tidak ingin orang Papua menjadi mayoritas. Padahal,
menjadi mayoritas adalah amanat UU Otonomi Khusus Papua. Lusinan rekomendasi diterbitkan
oleh Tongoi Papua untuk mendukung para tenaga kerja asli Papua untuk menduduki posisi
strategis. Namun tetap saja ada alasan yang dibuat-buat untuk mengabaikan rekomendasi
dimaksud.
Orang Papua dalam pusaran masalah PT Freeport Indonesia (Kisah ditahun 2012 – 2015)
Pada tahun 2012, ketika PT Freeport dalam kesulitan besar akibat mogok berkepanjangan,
Tongoi Papua dibawa pimpinan Frans Pigome dan alm. David Beanal memberikan sumbangsih
yang signifikan demi memulihkan kembali opreasional PT. Freeport Indonesia. Sebagai rasa
tersimakasih, PT. Freeport Indonesia memberikan penghargaan kepada tenaga kerja asli Papua
dengan cara memberikan enam posisi ’Vice president’, satu senior manajer dan satu manajer
serta departemen urusan Papua dikembangkan menjadi sebuah divisi dan dipimpin oleh saeorang expatriat. Begitupula pada saat PT Freeport mengalami kesulitan karena harus berhadapan dengan UU no 4
tahun 2009 tentang mineral dan batu bara. Export konsentrat PT. Freeport Indonesia terpaksa
berhenti untuk sementara. Pada saat-saat yang demikian, publik selalu diperhadapakan dengan
isu bahwa orang Papua, khususnya tanaga kerja asli Papualah yang akan menderita. Hal ini
diikuti dengan ’pemanfaatan’ segelintir orang Papua oleh manajemen Freeport untuk melakukan
lobi kepada pemerintah pusat agar PT Freeport mendapat pertolongan. Memang orang Papua
tidak keberatan membantu, namun jika kondisi oprasioanl berjalan normal, orang Papua tetap
harus ”berperang” dengan segelintir manajemen yang memiliki kewenangan rekruting dan
promosi.
Gunung yang kaya dan manusia yang miskin (Kisah sepanjang masa).
Adalah sebuah kenyataan yang mudah dikenali; Freeport beroprasi pada wilayah yang begitu
kaya akan cadangan emas dan tembaganya, bahkan oleh karena kekayaan yang demikian,
perusahaan tambang raksasa ini berniat memperpanjang masa invesatsinya hingga pada tahun
2041 nanti. Dengan demikian, tidak kurang dari duapuluh tahun kedepan, Freeport masih akan
beroprasi di tanah Papua. Sementara Papua masih merupakan salahsatu provinsi dengan
penduduk paling miskin di Indonesia.
Jabatan President direktur dan kesejahteraan masyarakat Papua (harapan dan doa orang
Papua).
Memang harus diakui bahwa mensejahterakan rakyat badalah tanggung jawab pemerintah.
Namun, seiring berjalannnya waktu, orang Papua melihat serta menemukan peluang yang besar
untuk memmbantu mensejahterakan warga Papua melalui oprasi tambang PT. Freeport Indonesia
adalah sangat besar. Sehingga adalah hal yang sangat baik jika jabatan presiden direktur PT
Freeport Indonesia dan kewenangan yang melekat padanya diberikan kepada orang asli Papua.
Berbagai infrastrukur yang dapat memperlancar laju pertumbuhan ekonomi, peningkatan layanan
kesehatan, pendidikan dll. dapat menerima ”injeksi” yang luar biasa besar melalui kebijakan
sang Presdir yang adalah orang Papua itu. Kondisi ini dapat menjadi pendorong percepatan gerak
maju pembangunan fisik maupun non fisik di Papua.
Saat ini, PT Freeport Indonesia telah berkontribusi pada layanan pendidikan, kesehatan, ekonomi
masyarakat sekitar. Namun, kontribusi tersebut akan semakin besar dan berdampak siginifikan
untuk mengurangi jumlahpengangguran dan kemiskinan di Papua jika pemerintah mendukung
serta memberikan kesempatan kepada orang Papua untuk menduduki posisi sebagai Presdien
Direktur PT. Freeport Indonesia, yaitu untuk bekerjasama dengan pemerintah dalam
pembangunan Papua sebagaimana diharapakan oleh pemerintah sendiri, mulai tahun ini hingga
seterusnya selama perusahaan ini diijinkan beroprasi di Papua.
Kesimpulan
Jika orang Papua mampu mendorong peningkatan jumlah kesempatan bagi tenaga kerja asli
Papua, mampu mendorong lahirnya kebijakan menciptakan departemen dan divisi urusan orang
Papua, dan mampu mendorong kenaikan / peningkatan gaji / kesejahteraan karyawan PT
Freepprot Indonesai (hingga mencapai 98%) walau tanpa jabatan strategis dan kewenangan yang
besar, maka Frans Pigome sebagai salah satu putra Papua yang sangat memahami kondisi
”pergumulan” orang Papua didalam dan sekitar areal oprasional PT Freeport Indonesia,dan yang
telah terbukti mampu menagmankan dan memelihara oprasional PT Freeport pada masa sulit,
pasti mampu mensukseskan oprasional yang aman dan usaha pembangunan Papua melalui hasil
oprasional tambang tersebut jika Tuhan meberinya kesempatan untuk menduduki jabatan
Presiden Direktur PT Freeport.
Maju terus Papua, maju terus....
By.
AL Moffer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar